Memahami Pengertian,
Latar Belakang dan Tujuan Ips
A. Sejarah
dan Latar Belakang Lahirnya Ips
Ide IPS berasal dari literatur
pendidikan AmerikaSerikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah “Social
Studies”. Istilah tersebut pertama kali
dipergunakan sebagai nama sebuah Komite yaitu “Committee of Social Studies” yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan
dari lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada
kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di tingkat Sekolah Dasar dan Menengah, dan ahli-ahli
Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama. Nama Komite itulah yang kemudian
dipergunakan sebagai nama kurikulum yang mereka hasilkan. Meskipun demikian
nama “Social Studies” menjadi makin terkenal pada tahun1960-an, ketika
pemerintah mulai memberikan dana untuk mengembangkan kurikulum tersebut.Pada
waktu Indonesia memperkenalkan konsep IPS, pengertian dan tujuannya tidaklah
persis sama dengan Social Studies
yang ada di AmerikaSerikat. Karena kondisi masyarakat Indonesia memang berbeda
dengan kondisi masyarakat Amerika Serikat. Ini mengisyaratkan adanya
penyesuaian-penyesuaian tertentu. Sebenarnya keadaan ini sangat baik, karena
setiap ide yang datang dari luar kita terima kalau memang sesuai dengan
kondisimasyarakat kita.
Untuk yang pertama kalinya Social Studies dimasukkan dalam
kurikulum sekolah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827 atau sekitar setengah abad
setelah Revolusi Industri. Pada pertengahan abad 18 diInggris terjadi Revolusi
Industri yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin.
Revolusi industri membawa perubahan yaitu mendatangkan kemakmuran bagi
sebagian masyarakat Inggris. Di sisi lain Revolusi Industri menimbulkan paham
kapitalisme dan dehumanisasi yaitu manusia tidak dihargai sebagai manusia
atau tidak memanusiakan manusia, karena para industrialis lebih menghargai faktor produksi,
modal, dan uang daripada tenaga manusia.
Di
indonesia sendiri istilah IPS mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil
kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam sistem
pendidikan Nasional dan kurikulum 1975. Karena semakin kompleksnya permasalahan
kehidupan berbangsa dan bernegara di indonesia maka di perkenalkanlah IPS
sebagai disiplin ilmu.
Pendidikan
IPS di indonesia tidak dapat dipasahkan dari dokumen kurikulum 1975 yang memuat
IPS sebagai mata pelajaran untuk pendidikan di sekolah dasar dan menengah.
Gagasan IPS di indonesia banyak mengadopsi dan mengadaptasi dari sejumlah
pemikiran perkembangan Social Stuties yang terjadi di luar negri terutama
perkembangan pada “Nasional Counsil for
the Social Studies” (NCSS) sebagai organisasi profesional yang cukup besar
pengaruhnya dalam memajukan Social Studies bahkan sudah mampu mempengaruhi
pemerintah dalam menentukan kebijakan kurikulum persekolahan.
B. Pengertian
Ips
Pengertian IPS adalah penyederhanaan
atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humanifora, serta kegiatan
dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis
untuk tujuan pendidikan (somantri, 2001:92).
Pengertian pendidikan IPS yang
pertama berlaku untuk pendidikasn dasar dan menengah sedangkan yang kedua
berlaku untuk perguruan tinggi atau LPTK. Perbedaan dari dua definisi ini
terletak pada istilah “penyederhanaan” untuk pendidikan dasar dan menengah sedangkan
untuk perguruan tinggi ada istyilah “seleksi”
Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan
bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu
sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni
sosiologi, antropologi, budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu
politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional
dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.
Nu’man Soemantri menyatakan bahwa
IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan
tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyederhanaan mengandung arti: a) menurunkan
tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas
menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir siswa sekolah dasar
dan lanjutan, mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial
dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna.
Ilmu pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran
yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasakan pada kajian sejarah,
geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata Negara, IPS yang diajarkan
di SD terdiri atas dua bahan kajian pokok pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan
kajian pengetahuan sosial mencakup antropoloti, sosiologi, geografi, ekonomi
dan tata Negara. Bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat
Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini (Tim Cemerlang, 2007:118).
Pengertian
IPS di indonesia sebagaimana yang terjadi di sejumlah negara pada umumnya masih
dipersepsikan secara beragam. Namun definisi yang sudah lama dirumuskan sebagai
hasil adopsi dan adaptasi dari gagasan global reformers adalah definisi dari
Prof. Nu’man Somantri yang dikemukakan dalam forum komunikasi II Himpunan
Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia (HISPIPSI) sekarang
berubah menjadi Himpunan Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia (HISPISI).
Somantri mendifinisikan pendidikan IPS dalam dua jenis, yakni pendidikan IPS untuk
persekolahan dan IPS untuk perguruan tinggi.
C. Sumber dan Materi Kajian Ips
1. Kajian Ontologi IPS
Menurut
Jujun S. Suriasumantri, (2005: 94), bahwa ilmu-ilmu sosial berkembang agak
lambat dibanding dengan ilmu-ilmu alam. Pada pokoknya terdapat cabang utama
ilmu-ilmu sosial yakni antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu
dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental dan kelakuan manusia) ekonomi
(mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya lewat proses
pertukaran), sosiologi (mempelajari struktur organisasi sosial manusia) dan
ilmu politik (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia
berpemerintahan dan bernegara). Cabang utama ilmu-ilmu sosial di atas, kemudian
mempunyai cabang-cabang lain seperti antropologi terpecah menjadi lima, yakni:
Arkeologi, antropologi fisik, linguistik, etnologi dan antropologi
sosial/kultural (Jujun S. Suriasumantri, 2005: 95).
2. Kajian Epistomologi IPS
Ilmu
sosial adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam segala aspek hidupnya, ciri
khasnya, tingkah lakunya, baik perseorangan maupun bersama, dalam lingkup kecil
maupun besar. Objek material ilmu sosial lain sama sekali dengan objek material
dalam ilmu alam. Objek material dalam ilmu sosial adalah berupa tingkah laku
dalam tindakan yang khas manusia, bebas dan tidak deterministik (Tim Dosen Filsafat
Ilmu, 2007: 49). Kajian yang berbeda-beda terhadap ilmu merupakan konsekuensi
dari perbedaan objek formal. Objek ilmu sosial yaitu manusia sebagai
keseluruhan. Penelitian dalam ilmu sosial juga menimbulkan perbedaan
pendekatan. Dalam ilmu manusia praktek ilmiah sebagai aktivitas manusiawi
merupakan juga objek penelitian ilmu manusia, misalnya psikologi, psikis,
sosiologis, dan sejarah. Spesifikasi ilmu sejarah adalah data peninggalan masa
lampau baik berupa kesaksian, alat-alat, makam, rumah, tulisan dan karya seni,
namun objek ilmu sejarah tidak dapat dikenai eksperiment karena menyangkut masa
lampau. Kondisi tersebut yang mempengaruhi kemurnian objek manusiawi berkaitan
dengan sikap menilai dari subjek penelitian, maka objektivitas ilmu sejarah sebagai
ilmu kemanusiaan (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 51).
3. Kajian Aksiologi IPS
Pendidikan selalu merupakan penyiapan peserta
didik bagi peranan di masa yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan
seharusnya selalu mengantisipasi keadaan masyarakat masa depan. Perubahan
keadaan masyarakat masa depan yang berlangsung dengan cepat mempunyai beberapa
karateristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa
depan yaitu:
a. Kecenderungan globalisasi yang makin
kuat
b. Perkembangan iptek yang makin cepat
c. Perkembangan arus informasi yang
makin padat dan cepat
d. Kebutuhan/tuntutan peningkatan
layanan professional dalam berbagai segi kehidupan manusia.
Keseluruhan hal di atas telah mulai
tampak pengaruhnya masa kini, serta diperkirakan akan makin penting peranannya
di masa depan. Masyarakat masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan iptek,
dan kesempatan menerima arus informasi yang padat dan cepat, dan
sebagainya,telah memerlukan warga yang mau dan mampu menghadapi segala
permasalahan serta siap menyesuaikan diri dengan situasi baru tersebut.
Pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang sanggup menghadapi
tantangan zaman baru yang akan datang.
D. Laboratorium Ips
Istilah
laboratorium berasal dari bahasa Latin, yaitu labora yang berarti bekerja,
Secara umum laboratorium didefinisikan sebagi tempat bekerja, yaitu bangunan,
gedung atau ruangan yang dilengkapi peralatan (instrumen) untuk melakukan
pekerjaan ilmiah seperti riset, demonstrasi, diskusi dan sebagainya. Di samping
itu, yang dimaksud dengan laboratorium secara umum adalah (1) bangunan, atau
ruangan untuk melakukan penyelidikan atau eksperimen secara ilmiah maupun
teknis, (2) situasi atau tempat yang menyediakan sarana untuk melakukan studi,
observasi atau eksperimen dan (3) tempat dimana bahan kimia dan obat-obatan
disiapkan.
Fasilitas dan piranti pendukung di
Laboratoirum IPS seperti teropong, sotware pelengkap untuk kepentingan maping
(peta), perangkat PC, perangkat LCD Projector dan sebagainya.
E. Tujuan Ips
Secara khusus, tujuan pengajaran IPS di
sekolah dapat dikelompokkan menjadi empat komponen, yaitu:
1. Memberikan
kepada siswa pengetahuan (knowledge) tentang pengalaman manusia dalam
kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, masa sekarang, dan masa mendatang
2. Menolong
siswa untuk mengembangkan ketrampilan (skils) untuk mencari, mengolah
dan memproses informasi
3. Menolong
siswa untuk mengembangkan nilai/sikap (value) demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat
4. Menyediakan
kesempatan pada siswa untuk mengambil bagian atau berperan serta dalam
kehidupan sosial (social participation
Tujuan kurikuler IPS
yang harus dicapai sekurang-kurangnya meliputi hal-hal berikut:
a. membekali peserta didik
dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat;
b. membekali peserta didik
dengan kemapuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan
masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat;
c. membekali peserta didik dengan kemampuan
berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang
keilmuan serta berbagai keahlian;
d. membekali peserta didik
dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan terhadap
lingkungan hidup yang menjadi bagian kehidupannya yang tidak terpisahkan; dan
e. membekali peserta didik
dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan
perkembagan kehidupan, perkembangan masyarakat, dan perkembangan ilmu dan
teknologi. Kelima tujuan di atas harus dicapai dalam pelaksanaan kurikulum IPS
di berbagai lembaga pendidikan dengan keluasan, kedalaman dan bobot yang sesuai
dengan jenis dan jenjang pendidikan yang dilaksanakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr. Sapriya,
M.Ed. 2009. Pendidikan IPS (konsep dan pembelajaran). Bandung: rosda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar